Jualan Gedung Hijau, Gran Rubina Kantongi 40% Okupansi

Sorry, this entry is only available in Indonesian. For the sake of viewer convenience, the content is shown below in the alternative language. You may click the link to switch the active language.

Baru berjalan 5 bulan sejak ground breaking, PT Triyasa Propertindo mengantongi lebih dari 40% okupansi gedung perkantoran barunya, Gran Rubina Business Park. Meski bukan konsep baru, Triyasa gencar menggaungkan konsep green building (gedung hijau) yang diterapkan sejak awal pembangunan ketiga gedung perkantorannya.

20130304-Deden-Gran-RubinaPengembang properti yang merupakan anak usaha Maha Dasha, grup Tiara Marga Trakindo, mulai membangun gedung pertama Gran Rubina Business Park pada September 2012 di kawasan Rasuna Epicentrum. Dibangun di atas tanah seluas 180.000 meter persegi, Gran Rabina menggunakan jasa arsitek PDW dan konsultan sustainability AG5 dari Denmark. Menunjukkan keseriusannya menggarap gedung hijau, Triyasa bahkan mengundang Menteri Perdagangan dan Investasi Pemerintah Negara Denmark, H.E Pia Olsen Dyhr yang didampingi Duta Besar Denmark untuk Indonesia, H.E Martin Hermann.

“Sebetulnya konsep green building sudah dari beberapa tahun lalu, tapi sepertinya para pengembang properti kurang menjelaskan benefitnya,” kata Deden E. Sudarbo, Kepala Pengembangan Bisnis dan Pemasaran PT Triyasa Propertindo. Ia pun mengakui adanya anggapan pasar yang keliru bahwa gedung hijau lebih mahal dibanding gedung konvensional. Apabila sejak awal didesain dan dibangun dengan memperhatikan unsur alam, gedung hijau justru dapat menghemat pengeluaran operasional hingga 30% dengan initial cost yang tak jauh berbeda.

“Gran Rubina tidak lebih mahal karena konsep green buildingnya bukan dari sisi teknologi, tetapi desain gedungnya. Misal, pembersihan kaca luar tidak perlu menggunakan gondola. Ada ‘cat-walk’ sehingga pembersihan kaca dapat dilakukan tanpa terganggu angin atau hujan,” Deden menjelaskan. Fitur lainnya adalah orientasi gedung yang menyesuaikan dengan arah matahari di mana sisi lebar dihadapkan ke utara dan selatan serta penambahan sirip pada kaca luar untuk meminimalkan paparan sinar matahari masuk ke ruang kantor. Selain menggunakan suplai air dari PAM, Gran Rubina menggunakan teknologi Siphonic untuk memanfaatkan air hujan sebagai sumber air utama. Air limbahnya pun akan diolah untuk menyiram tanaman.

Gran Rubina memiliki desain lantai ‘column free’ yang memudahkan pengaturan ruangan secara efisian. Penggunaan sistem pendingin udara (AC) juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap ruangan (Variable Refrigerant Volume) dimana setiap lantai terdiri dari 8 zona AC terpisah. “Biasanya kalau di kantor ada satu orang yang lembur di meja pojokan, AC seisi kantor akan menyala. Dengan VRV ini, hanya AC di tempat orang tersebut yang nyala,” tutur Deden kepada SWA Online usai media briefing, Senin (4/3). Konsep inilah yang akan jadi bekal Deden sebagai gimmick marketing. Urusan promosi dan penjualan, Triyasa mempercayakan pada Colliers.

Saat mengunjungi proyek yang sudah berjalan 5%, Pia Olsen Dyhr mengungkapkan bahwa konsep yang digunakan Gran Rubina ini merefleksikan cara berpikir masyarakat Denmark, berorientasi pada lingkungan. Ia pun terkesan dengan penerapan keamanan dan CSR seperti penggunaan helm proyek, sepatu keamanan, dan sampah yang terpisah. (EVA)

Copyright: swa.co.id